Minggu, 23 September 2018

Makalah Kesalahan Berbahasa Indonesia


MAKALAH
KESALAHAN BERBAHASA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Feylosofia Putri Agry, M.Pd



Disusun oleh :
Abdul Aziz (1401415322)
Rombel 4D



PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016/2017
PRAKARTA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen  yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu, memberikan saran serta pertimbangan dalam penyusunan makalah ini sehingga kami dapat meyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Tegal, 2 Juni 2017


Penyusun


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL................................................................................. i
PRAKARTA ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I  : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................. 1
C.     Tujuan Rumusan Masalah...................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kesalahan Berbahasa........................................... 3
B.     Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar ............................... 4
C.     Kategori Kesalahan Berbahasa.............................................. 5
D.    Sumber Kesalahan Berbahasa................................................ 7
BAB III : PENUTUP
A.    Simpulan ............................................................................... 11
B.     Saran ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dimengerti. Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut masyarakat masih belum berbahasa sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dengan makalah Kesalahan Berbahasaini, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Kesalahan Berbahasa?
2.      Bagaimanakah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar?
3.      Apa saja Kategori Kesalahan Berbahasa?
4.      Apa saja Sumber Kesalahan Berbahasa?





C.    Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan tentang pengertian Kesalahan Berbahasa
2.      Menjelaskan tentang Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
3.      Menjelaskan tentang Kategori Kesalahan Berbahasa
4.      Menjelaskan tentang Sumber Kesalahan Berbahasa


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik. Pengertian Kealahan Berbahasa menurut para ahli
a.       Crystal (dalam Pateda,1989:32), analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.
b.      Tarigan (1990:68), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu.
c.       Corder, kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code). Pelanggaran terhadap kode ini bukanlah hal yang bersifat fisik semata-mata, melainkan merupakan tanda akan kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.

B.     Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
1.       Bahasa Indonesia yang Baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi, yang selalu memperhatikan norma bahasa.
2.       Bahasa Indonesia yang Benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata diperhatikan dengan saksama, dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar.
3.       Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Batak dalam berbahasa Indonesia pada situasi resmi sebaiknya dikurangi. Kata memuaskan yang diucapkan memuasken bukanlah lafal bahasa Indonesia.

C.    Kategori Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik(kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama(B1) terhadap bahasa kedua(B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama(B1) dengan bahasa kedua(B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada B2. Dalam pengajar  bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya: kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajar bahasa yang kurang tepat (tarigan,1997).
Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990), dibedakan sebagai berikut:
1.      Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen bahasa dan konsisten bahasa.
Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan menjadi:
a.       Kesalahan tataran fonologi
b.      Kesalahan tataran morfologi dan sintaksis
c.       Kesalahan tataran semantik dan kata
d.      Kesalahan tataran wacana;
Berdasarkan konsisten bahasa, kesalahan terjadi pada tataran pengunaan unsur-unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya frase dan klausa dalam tataran sintaksis atu morfem-morfem gramatikal  dalam tataran morfologi.
2.      Taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasarkan kepada penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran bahasa kedua(B2). Pendeskripsian kesalahan ini seharusnya dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses konigtif pada saat anak (siswa) memproduksi (merekonstruksi) bahasanya.
Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4(empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan kategori strategi performasi:
a.       Penanggalan (omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.
b.      Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam satu frase atau kalimat.
c.       Kesalahan bentukan (misfromation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat  yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.
d.      Kesalahan urutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di laur kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa.
3.      Taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 3(tiga) tataran kesalahan yaitu :
a.       Kesalahan interingual disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahsa pertama(B1) terhadap bahasa kedua.
b.      Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan kesalahan berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum memadai. Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan interingual dan intralingual. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan interlingual dan intralingual.
c.       Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam satu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kailmat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1 maupun B2.
4.      Taksonomi kategori efek komunikasi , kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi :
a.       Kesalahan lokal adalah kesalahan konstruksi kalimat yang ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya. Akibatnya proses komunikasi terganggu. Misalnya : penutur menggunakan kalimat atau tuturan janggal atau “nyeleneh” saat berkomunikasi.
b.      Kesalahan bahasa global adalah tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tututran atau isi yang dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat dipahami. Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur berada diluar kaidah bahasa manapun baik B1 maupun B2.

Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah pergunakanlah bahasa indonesia yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untuk analisis kesalahan bahasa dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran (wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi.
1.       Analisis Kesalahan Fonologi
Fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.
Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
2.     Analisis Kesalahan Morfologi
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”. Morfem terbagi atas tiga macam yaitu morfem bebas seperti makan, minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti ber-ber, -kan, dan lain sebagainya, morfem unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya.
Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi, menurut Badudu (1982), Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga kelompok yaitu :
a.       Kesalahan Bidang Afiksasi
b.      Kesalahan morfologi segi reduplikasi
c.       Kesalahan Morfologi segi proses pemajemukan
3.     Analisis Kesalahan Sintaksis
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi subjek atau predikat (Ramlan, 1978). Klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Sedangkan kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa, misalnya saya makan nasi.
Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat.
4.     Analisis Kesalahan Semantik
Semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk makna suatu kata dan perkembangan maknanya secara berkesinambungan .
Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut:
a.       Adanya penerapan gejala hiperkoret
Gejala hiperkoret adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan ahli akhirnya menjadi salah. Misalnya:
1)      /sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya
Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’ sarat penuh’.
Contoh dalam kalimat:
-              Kita harus mengikuti syarat itu.
-              Perahu itu sarat muatan.
Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syah ‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tak dapat dipertukarkan penggunaannya, contoh:
-              Tahun depan akan dinobatkan sebagai Syah Iran.
-              Belum sah sebagai mahasiswa S1.
2)      /E/ diganti /e/
Kata dekan diganti menjadi dEkan, padahal kedua kata itu berbeda maknanya, dEkan ‘pimpinan fakultas’, sedang dekan ‘ulat’.
-              Adikku menjadi dEkan FIP UNM.
-              Pepaya itu banyak dekannya.


b.      Gejala pleonasme
Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan, misalnya,
-          Lukisanmu sangat indah sekali          
seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah sekali
-          Dia bekerja demi untuk keluarganya.

























BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.
Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi. Kesalahan dalam bidang morfologi relative dalam bentuk afiksasi, proses reduplikasi, dan proses pemajemukan.
Kesalahan yang relatif sering terjadi dalam bidang sintaksis adalah sebagai berikut.
1.           Dalam segi frasa,
2.           Dalam segi klausa,
3.           Dari segi kalimat,
Adapun kesalahan dalam bidang semantik disebabkan pertama adanya adanya penerapan gejala hiperkoret dalam penyusunan kalimat seperti penggantian /E/ menjadi /e/, penggantian fonem /sy/ menjadi /s/, kedua adanya penerapan gejala pleonasme dalam penyusunan kalimat.

B.     Saran
Untuk meminimalkan kesalahan berbahasa dalam karangan, hal-hal yang dapat dilakukan guru, siswa, maupun sekolah antara lain :
1.      Siswa hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah bahasanya, aktif bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan, dan sering berlatih menulis.
2.      Guru hendaknya memberikan pengetahuan tentang kaidah bahasa kepada siswa di setiap proses pembelajaran menulis, menggunakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis, dan senantiasa memperluas kosa kata dan memberi contoh terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tertulis.
3.      Pihak sekolah hendaknya berkenan melengkapi sumber pustaka terkait yang memadai seperti buku-buku seputar karang-mengarang, EYD, media massa, dan sebagainya. Selain itu, pihak sekolah dalam setiap menerbitkan pengumuman maupun surat-surat lain di sekolah sebaiknya juga tetap menerapkan dan memperhatikan penulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa pihak sekolah pun juga bertanggung jawab terhadap pembinaan bahasa Indonesia.



















DAFTAR PUSTAKA
Ardiana,Leo Indra dkk. 2001. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa
Samsuri. 1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Supriyadi. 1986. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Karunika.
Alwi, Hasan, dkk. 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 
Poerwodarminto, W J S. 1876. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Berpikir dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Motivasi Kisah Pribadi

Perjuangan Seorang “Kuli Bangunan untuk Kuliah” Berdasarkan kisah nyata pribadi Oleh : Abdul Aziz Saya tidak pernah menyangka sa...