Nama :
Abdul Aziz
No Hp :
082328709654
Perjuangan
Seorang “Kuli Bangunan untuk Kuliah”
Berdasarkan kisah nyata pribadi
Oleh : Abdul Aziz
Mahasiswa PGSD Universitas Negeri
Semarang (UNNES)
Saya tidak pernah
menyangka saya bisa berkuliah di Universitas Negeri yang besar, bertemu dengan
orang banyak yang sangat hebat dan penuh inspirasi. Dengan keadaan ekonomi
orang tua saya yang tidak memungkinkan untuk saya kuliah, tapi alhamdulillah
saat ini saya bisa berdiri di universitas besar dan saya bisa kuliah di
dalamnya. Awal mula saat duduk di bangku SMA saya hanya berfikir setelah lulus
SMA saya akan kerja dan kerja, karena dengan melihat kondisi orangtua yang
mengharuskan saya bekerja untuk dapat membantu mereka dari segi ekonomi. Di
hati kecil saya, sebenarnya saya ingin sekali kuliah sejak di bangku SMA, namun
itu hanya keinginan yang menurut saya hal yang mustahil bagi saya pada waktu
itu. Kenapa mustahil? Bagaimana tidak mustahil, secara ekonomi saya rasa tidak
mungkin bisa untuk membiayai saya kuliah. Bapak saya hanya seorang kuli
bangunan, ibu saya seorang ibu rumah tangga, untuk biaya sekolah di SMA saja
saya harus ikut bekerja menjadi kuli bangunan saat libur semester agar dapat
mengambil rapot. Oleh karena itu apakah saya bisa kuliah dengan keadaan saya seperti
sekarang ini?.
Setelah saya
melaksanakan ujian nasional saya langsung ikut kerja bapak menjadi kuli
bangunan, karena sambil menunggu kelulusan dan menunggu ijazah. Daripada saya
hanya menganggur tidak menghasilkan uang, maka saya bekerja agar saya dapat membayar
SPP dan buku agar ijazah nantinya dapat diambil. Hampir 2 bulan saya bekerja
menjadi kuli bangunan, sambil menunggu pengumuman lulusan. Setelah mendekati
kelulusan singkat cerita saya menemui guru BK saya waktu SMA, beliau bernama
ibu Susi, saya masih ingat betul saya ke rumah beliau malam hari pukul 19.15.
saya kerumah beliau beritikad untuk bertanya-tanya mengenai pekerjaan,
syukur-syukur dalam hati kecil saya, beliau dapat mencarikan pekerjaan bagi
saya, karena waktu itu saya bekerja menjadi kuli bangunan, berharap agar dapat
informasi pekerjaan lainnya.
Namun saat
berbicara mengenai informasi pekerjaan, bu Susi menyarankan saya agar untuk
ikut tes SBMPTN dengan jalur bidikmisi, saya tidak tahu bidikmisi itu apa,
apakah itu benar-benar kuliah gratis? Karena jujur saja saya tidak tahu
mengenai beasiswa-beasiswa untuk kuliah, karena waktu SMA saya berfikir mana
ada jaman seperti sekarang ada yang gratis?. Dan setelah bu Susi bercerita
tentang beasiswa bidikmisi atau kuliah gratis yang dibiayai oleh pemerintah
dari pendaftaran sampai lulus bahkan dapat uang saku perbulannya. Waktu itu
pendaftaran SBMPTN tersebut kurang 3 hari lagi. Saya berfikir apa saya bisa
dengan waktu 3 hari saya bisa mengumpulkan banyak berkas untuk memenuhi
persyaratan-persyaratannya, karena jika mendaftar bidikmisi maka banyak
dokumen-dokumen yang perlu disiapkan. Hampir 10 menitan saya berfikir hal
tersebut, apalagi dengan segala keterbatasan saya dalam mengurus pendaftaran
tes SBMPTN tersebut. Namun saya memiliki prinsip bahwa saya harus mencoba jika
saya ingin berhasil dan sukses.
Kemudian waktu itu
juga saya nyatakan ke bu Susi bahwa saya siap mendaftar SBMPTN jalur bidikmisi.
Setelah pulang dari rumah bu Susi besoknya langsung fokus kerja dan pulang
kerja mengurus segala administrasi pendaftaran SBMPTN, bahkan sampai malam
untuk menyiapkannya. Saya kerja kuli bangunaan selama kira-kira seminggu
uangnya saya fokuskan untuk mengurus segala sesuatu untuk keperluan pendaftaran
SBMPTN. Alhamdulillah bu Susi juga membantu untuk mendaftarkan dan mengurus
administrasi saya, karena kalau saya yang mengurus semua pendaftaran sendiri
pasti memerlukan waktu yang lama, sedangkan saya selain megurus administrasi
juga harus bekerja agar mendapatkan uang saku untuk berangkat tes SBMPTN di
Semarang. Karena waktu itu orang tua tidak mempunyai ongkos untuk saya kesana dan saya tidak mungkin untuk
memaksakan orang tua saya dengan kondisi beliau yang terkendala dalam hal
ekonomi. Seminggu kemudian waktunya saya tes di Semarang dan alhamdulillah
sudah memiliki uang 300.000 untuk biaya pulang pergi ke Semarang untuk
mengikuti tes SBMPTN.
Setelah tes SBMPTN
saya tetap bekerja, karena saya berfikir siapa tau kuliah belum rejeki saya,
sehingga saya tetap bekerja. Waktu itu ada lowongan pekerjaan di pabrik roti
daerah Batang yaitu Delizia Bakery. Saya bekerja di pabrik roti dari bulan
puasa sambil menunggu pengumum SBMPTN, alhamdulillah saat pengumuman SBMPTN
ternyata saya di nyatakan lulus SBMPTN pada prodi PGSD UNNES kampus Tegal
dengan jalur Bidikmisi. Rasa senang, bersyukur, dan bingung waktu itu, karena
setelah dinyatakan lolos maka tahap selanjutnya harus melaksanakan verifikasi
ke UNNES yang tentunya harus menyiapkan uang untuk kebutuhan seperti transport,
makan, menginap, dan beli buku kuliah seharaga 230.000 rupiah, sedangkan waktu
itu orang tua saya benar-benar tidak punya uang. Sehingga jalan satu-satunya
adalah menungu gajian di pabrik roti. Alhamdulillah dengan uang gajian di
pabrik roti sebesar Rp 600.000,00 saya bisa ke Semarang dan uang tersebut cukup
untuk 2 hari di Semarang. Hari terakhir verifikasi saya mendapatkan KTM (Kartu
Tanda Mahasiswa) UNNES, dan alhamdulillah orang tua tanpa mengeluarkan uang
sepeserpun, dari keperluan pendaftaran, tes SBMPTN di Semarang, tes kesehatan
dan verifikasi serta membeli buku. Sehingga alhamdulillah saya bisa kuliah di
jurusan PGSD UNNES kampus Tegal.
Saat proses
perkuliahan alhamdulillah setiap libur panjang yaitu libur semester saya selalu
kerja, dari kerja menjadi kuli bangunan, kerja di pabrik pembuatan mandi bola
dan lain-lain. Hal tersebut saya lakukan untuk menambah pendapatan agar sedikit
mengurangi beban orang tua dalam menguliahkan saya. Karena walaupun saya tiap
bulannya mendapatkan uang saku dari beasiswa bidikmisi yaitu sebesar Rp
600.000, namun untuk kebutuhan hidup dan kegiatan perkuliahan tetap kurang,
sehingga orang tua lah yang membantu menyukupinya. Sehingga dengan saya bekerja
tiap libur semester paling tidak sedikit-sedikit dapat membantu secara
finansial.
Singkat cerita,
alhamdulillah perjalanan kuliah saya dari semester 1-7 berjalan dengan lancar.
Hingga di semester 8 tinggal satu mata kuliah terakhir yaitu skripsi, saat itu
saya berfikir, banyak waktu luang yang akan saya hadapi jika saya hanya
melaksanakan tugas akhir skripsi tersebut, sehingga dibenak hati, saya ingin
sekali bekerja tapi pekerjaan yang tidak mengganggu skripsi saya. Saya ingat
betul waktu itu bulan Desember 2018 saya ingin menjual barang bekas yaitu besi
dan aki bekas, saya menunggu pemulung tidak ada yang datang. Dari hal tersebut
saya mempunyai ide untuk usaha rongsok atau menjadi pemulung, tapi Pemulung
Online. Ide tersebut saya diskusikan dengan teman saya Ryan yang sama juga
seorang mahasiwa PGSD UNNES Kampus Tegal. Dari diskusi kecil-kecilan saya dan
Ryan sepakat untuk merintis usaha di bidang sampah yaitu menjadi pemulung
online, usaha tersebut kami namakan POjaya (Pemulung Online Jaya). Usaha
tersebut kami rintis di Tegal, karena kita kuliahnya di Tegal, walaupun kampus
kami pusatnya di Semarang.
Usaha rongsok
tersebut berjalan lancar sampai saat ini, dan mendapatkan keuntungan yang
lumayan. Namun yang terpenting bagi kami tidak seberapa hasilnya, namun tujuan
dari POjaya yaitu untuk mengurangi sampah di lingkungan, membantu masyarakat
sekitar mempermudah menjual barang bekas, belajar berwirausaha dan untuk
sambian mengerjakan skripsi. Dari hasil pemulung online tiap minggunya saya
tabung, dan alhamdulillah uangnya berguna untuk pendaftaran sidang skripsi,
keperluan sidang seperti ngprint draf skripsi dan lain sebagianya. Sehingga
alhamdulillah hari Selasa, 9 Juli 2019 saya sudah melaksanakan sidang skripsi,
dan berjalan dengan lancar serta insyaallah akan wisuda di bulan September
2019.
Dari perjalanan
tersebut saya banyak belajar, dan ternyata didunia ini tidak ada yang namanya
tidak mungkin, selagi kita mau meminta kepada Allah dan berusaha keras,
diiringi do’a, maka insyaallah semuanya akan terwujud. Semoga kita semua bisa
menggapai cita-cita kita masing-masing. Apapun yang ada di depan kita sebaiknya
kita berani MENCOBA, karena dengan mencoba kita tahu apakah akan berhasil atau
tidak. Daripada tidak berani mencoba, maka pasti jelas yang akan kita dapatkan
adalah tidak keberhasilan.
Terima Kasih