Rabu, 26 September 2018

Soal dan Jawaban Tugas Makul Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus


Nama               : Abdul Aziz
NIM                 : 1401415322
Rombel                        : 5E
Mata Kuliah     :Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

1.      Bachri (2010) adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) diartikan sebagai individu-individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnnya. Secara lebih khusus anak yang berkebutuhan khusus menunjukan karakteristik fisik, intelektual, emosional, yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di standar normal yang berada di masyarakat. Sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal, ataupun pendidikan.
Menurut Heward Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Suran dan Rizzo (dalam Semiawan dan Mangunson 2010), Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dan fungsi kemanusiaannya, baik secara fisik, psikologis, kognitif dan sosialnya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak atau individu yang memiliki karakteristik fisik, intelektual, maupun emosional di atas atau di bawah rata-rata individu pada umumnya yang ada di masyarakat

2.     
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus Brkelainan Fisik
Anak Berkebutuhan  BerKhusus Berkelainan Akademik
Anak Berkebutuhan  BerKhusus Berkelainan Mental
1.      Tunanetra
2.      Tunarungu
3.      Tunadaksa
4.      Polio

1.      Tunagrahita
2.      Tunalaras
3.      Autis

1.      Anak Berbakat
2.      Anak Berkesulitan belajar
1.      Segi fisik
2.      Segi Motorik
3.      Perilaku
4.      Akademik
5.      Pribadi sosial

1.      Intelektual
2.      Segi Sosial
3.      Ciri dorongan dan emosi
4.      Ciri kemampan dala bahasa

1.      Karakteristik Intelektual
2.      Karateristik sosio emosional
3.      Karakteristik fisik dankesehatan
Layanan Anak Berkeutuhan Khusus
Umum
a. Tersedianya data yang akurat mengenai ABK
b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam penanganan ABK
c. peningkatan pada sarana dan prasarana untuk ABK.
d. Adanya layanan bagi ABK
e. Tersedianya pelayanan rehabilitasi bersumber daya masyarakat.

Pendidikan
a. Tersedianya pendidikan inklusif secara merata.
b. Tersedianya SLB dengan sarana dan prasarana yang memadai.
c. Peningkatan ketersediaan guru/pembimbing anak berkebutuhan khusus yang berkualitas.
d. Tersedianya akses informasi tentang program pendidikan anak berkebutuhan khusus.

 




















3.      Layanan Pendidikan ABK
A.    Hakikat Pendidikan segregasi
Sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan khusus terpisah dari sistem pendidikan anak pada umumnya. Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasif dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak pada umumnya.
Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.
1.      Fasilitas dan sarana Pendidikan segregasi
·         Tersedia alat-alat bantu belajar yang dirancang khusus untuk siswa. Sebagai contoh tunanetra, seperti buku-buku Braille, alat bantu hitung taktual, peta timbul, dll.
·         Jumlah siswa dalam satu kelas tidak lebih dari delapan orang sehingga guru dapat memberikan layanan individual kepada semua siswa.
·         Lingkungan sosial ramah karena sebagian besar memiliki pemahaman yang tepat mengenai disability anak.
·         Lingkungan fisik aksesibel karena pada umumnya dirancang dengan mempertimbangkan masalah mobilitas disability, dan kami mendapat latihan keterampilan orientasi dan mobilitas, baik dari instruktur O&M maupun tutor sesama disability.
·         Dapat menemukan orang disability yang sudah berhasil yang dapat dijadikan sebagai
2.      Bentuk-bentuk system pendidikan segregasi:
·         Sekolah Luar Biasa
·         Sekolah Dasar Luar Biasa
·         Kelas Jauh/Kelas Kunjung
·         Sekolah Berasrama
·         Hospital School

B.     Hakikat Pendidikan Integraasi
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak dengan disabilias kurang, belajar bersama anak pada umumnya, tetapi mereka tidak memperoleh pelayanan pendidikan secara memadai atau mereka tidak mendapatkan sekolah dengan alasan yang tidak jelas. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya sumber daya manusia dan banyak tenaga ahli yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang anak dengan disabilitas kurang atau rasio penyelenggaraan yang sangat mahal, sehingga masih sedikit sekolah yang mau menerima mereka karena berbagai alasan di atas. Menyelenggarakan pendidikan integrasi disekolah merupakan kemajuan yang baik, tetapi tidak semudah membalikkan tangan. Namun kita harus berani memulai supaya anak dengan disabilitas kurang mendapat tempat dan penanganan yang terbaik.
Konsep pendidikan integrasi memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain:
·         Menempatkan anak dengan disabilitas dengan anak pada umumnya secara penuh
·         Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani, intuisi
·         Mengintegrasikan pendidikan anak autis dengan pendidikan pada umumnya
·         Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan
·         Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk social
Konsekuensi dari perubahan-perubahan tersebut adalah bahwa beberapa siswa yang mungkin sebelumnya menghabiskan seluruh waktu sekolahnya dalam lingkungan yang terpisah, sekarang akan mempunyai kelas regular. Oleh karena itu merupakan hal yang penting bahwa guru kelas regular merasa berkopeten untuk mengajar semua siswa.
Istilah yang luas untuk merujuk pada bersekolahnya seorang anak berkebutuhan khusus pada sekolah regular. Dapat diartikan pada proses memindahkan seorang siswa pada lingkungan yang tidak terlalu terpisah. Seorang anak berkebutuhan khusus yang bersekolah pada sekolah regular, tetapi berada pada unit atau kelas khusus. Meskipun siswa tersebut berada pada kelas khusus, jelas bahwa apabila kelas tersebut pada sekolah regular, peluang untuk berinteraksi dengan warga sekolah secara umum jauh lebih besar dari pada anak yang berada pada sekolah khusus yang terpisah.
Banyak sekolah yang mempunyai kelas khusus mempunyai program khusus untuk mendorong interaksi antara siswa dengan dan tanpa kebutuhan pendidikan khusus. Misalnya, pada beberapa sekolah, anak-anak menghabiskan pagi harinya pada kelas khusus dan siangnya pada kelas regular. Para guru dan asisten dari kelas khusus biasa mendukung penempatan pada kelas khusus. Peluang-peluang bagi interaksi tersebut, berdasarkan atas prinsip normalisasi. Jauh mungkin untuk terjadi apabila anak tersebut diintegrasikan pada sekolah reguler.

C.Hakikat Pendidikan Inklusi
Sekolah Inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah pentingnya pendidikan Inklusif, tidak hanya memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9 tahun, akan tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi manusia dan hak-hak anak tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena pendidikan Inklusi mulai dengan merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di mana akan menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian anak berkebutuhan khusus akan merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia dan bertanggung jawab. Inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial anak, pada keluarga, pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, dan pada institusi-institusi kemasyarakatan lainnya.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh daam pendidikan.  Inklusi merupakan perubahan praktis yang memberi peluang anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda bisa berhasil dalam belajar. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering tersisihkan, seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orangtuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat.

Menurut pendapat saya layanan pendikan ABK yang lebih efektif yaitu dalam bentuk pendidikan inklusif dilihat dari bebrapa aspek, yaitu
ü  Aspek pemenuhan kebutuhan ABK : Pendidikan inklsif memberikan kesempatan bagi Abk untuk dapat memperoleh ilmu pendidikan yang berguna bagi bekal kelangsungan hidup di dalam masyarakat.
ü  Aspek kesempaan berinteraksi dengan anak normal : Pendidikan inklusif dala pelaksanaannya terabung antara anak normal dan abk dalam satu kelas sehingga naninya dalam proses pemelajaan terjadi inteaksi. Mesipun masih banyak terdapat kasus bullying oleh teman sebaya tapi jika ada perbaikan karakter yang dilakukan oleh guru sehingga menumbuhkan sikap toleran antar siswa. Didalam lingkungan kelas akan terjalin rasa saling menghormati, menyanyangi antara anak normal dengan ABK.
ü  Aspek kesiapan guru : tentunya dalam pelaksanaan sekolah inklusi sudah memberikan pelatihan bagi setiap guru untuk bagaimana memberikan sikap yang tepat bagi ABK saat proses pembelajaran berlangsung, tentunya dalam mengajar ABK diperlukan mental yang kuat sehingga nantinya ilmu yang ditranserkan ke anak didik dapat diserap dengan baik.
ü  Aspek dampak bagi anak normal: pendidikan inklusi yang dialaksanakan oleh suatu sekolah nantinya bisa berdampak pada perkembangan sosial dari anak normal, perkembangan sosial tersebut bisa mengarah ke hal yang positif anak norml bisa menerima anak ABK dengan sikap saling menghormati dan toleran.
ü  Aspek dampak bagi ABK: dengan terciptanya situasi lingkungan sekolah yang kondusif dimana anak normal bisa menerima dengan baik bahkan menjunjung tinggi rasa saling menyanyangi maka akan memberikan dampak postif bagi ABK karena mereka akan memiliki banyak teman bermain sehingga membuat ABK termotivasi untuk dapat berprestasi.
ü  Aspek biaya: dengan adanya sd inklusi nantinya memeberikan kesempatan pada masyarakat terutama yang mempunyai anak ABK  untuk dapat menyekolahkannya. Banyak sekali kasus dialpangan bahwa anak ABK yang tidak bersekolah dikarenakan biaya. Namun sekarang pemerintah telah berupaya melalui pemberian dana bagi sekolah inklusi untuk memberikan kesempatan belajar bagi ABK.

4.      Pendapat mengenai jurnal yang berjudul PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKOLAH LUAR BIASA UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. (Studi Kasus di SDLBN Kedungkandang Malang) Estitika Rochmatul Zulfa, Irwan Noor, Heru Ribawanto
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. E-mail: estitikaerzulfa@gmail.com
Pelayanan pendidikan yang ada pada SDLBN Kedungkandang secara keseluruhan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari: Metode pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dilakukan secara individual tergantung dari kemampuan masing-masing anak dan sesuai dengan apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan oleh anak pada saat itu. Sarana prasananya sudah cukup memadai karena guru berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Salah satunya dengan membuat alat peraga sendiri. Pada SDLBN Kedungkandang terdapat program PIGP yaitu Program Induksi Guru Pembimbing yang akan membimbing guru-guru baru dalam melayani pendidikan anak berkebutuhan khusus.  Pengembangan kapasitas kelembagaan yang ada pada SDLBN Kedungkandang juga sudah cukup baik namun masih perlu dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari struktur organisasi yang ada di dalam SDLBN Kedungkandang sudah ada pengembangan setelah adanya MBS. Namun setelah adanya MBS belum ada pengembangan secara signifikan. Upaya pengembangan budaya yaitu dengan membudayakan budaya kekeluargaan dan saling keterbukaan. Sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif.  Faktor pendukungnya yaitu kemampuan guru dalam memberikan ide-ide sebagai upaya pengembangan kapasitas sekolah salah satunya dengan mengembangkan bakat anak didiknya. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang masih terpusat dan tidak mau diajak berkembang. Selain itu, beban administratif kepada guru yang menyebanak berkebutuhan khususan adanya guru harus membagi fokus pekerjaan ke dua bidang yaitu sebagai tenaga pengajar dan sebagai tenaga administratif.
Dengan adanya jurnal tersebut banyak manfaat yang di peroleh, bahwasannya layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah mulai di laksanakan walaupun ada beberapa faktor yang belum mendukung layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.















Daftar Pustaka
Delphie, Bandi, 2006. Pembelajaran Anak berkebutuhan Khusus. Bandung :
PT Refika Aditama
para-ahli-pdf-d350063006
anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia-463559.html
Permen-No.-70-2009-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan
Permeneg PP&PA No.10 Thn 2011 - ABK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Motivasi Kisah Pribadi

Perjuangan Seorang “Kuli Bangunan untuk Kuliah” Berdasarkan kisah nyata pribadi Oleh : Abdul Aziz Saya tidak pernah menyangka sa...