Perjuangan Seorang “Kuli
Bangunan untuk Kuliah”
Berdasarkan kisah nyata pribadi
Oleh : Abdul Aziz
Saya tidak pernah menyangka saya bisa
berkuliah di Universitas Negeri yang besar, bertemu dengan orang banyak yang
sangat hebat dan penuh inspirasi. Dengan keadaan ekonomi orang tua saya yang
untuk makan saja susah apalagi untuk kuliah, tapi alhamdulillah saat ini saya
bisa berdiri di universitas besar dan saya bisa kuliah di dalamnya. Awal mula
saat duduk di bangku SMA saya hanya berfikir setelah lulus SMA saya akan kerja
dan kerja, karena dengan melihat kondisi orangtua yang mengharuskan saya
bekerja untuk dapat membantu mereka dari segi ekonomi. Hal itu saya
realisasikan dengan saya bekerja menjadi kuli bangunan, karena waktu itu saya
belum membayar untuk syarat pengambilan ijazah, waktu itu saya tidak hanya
bekerja menjadi kuli bangunan saja, saya juga malamnya bekerja di rumah makan
lamongan sebagai pencuci piring di sana, jadi waktu itu saya bekerja pergi pagi
pulang pagi hanya untuk membayar syarat pengambilan ijazah dan untuk membantu
membayar hutang kedua orang tua saya.
Di hati kecil saya, saya ingin sekali
kuliah sejak di bangku SMA, namun itu hanya keinginan yang menurut saya hal
yang mustahil bagi saya pada waktu itu. Kenapa mustahil? Bagaimana tidak
mustahil, secara ekonomi saya rasa tidak mungkin bisa untuk membiayai saya
kuliah, bapak saya hanya seorang kuli bangunan, ibu saya seorang ibu rumah
tangga, untuk biaya sekolah di SMA saja saya harus ikut bekerja menjadi kuli
bangunan agar dapat mengambil raport. Tidak hanya dari segi ekonomi, dari segi
pemikiran saya pun sepertinya tidak layak untuk kuliah. Saya hampir tidak
pernah dapat ranking 10 besar di SMA, bahkan saya lebih banyak mendapatkan
ranking 20-an saat di SMA, oleh karena itu apakah saya bisa kuliah dengan
keadaan saya seperti sekarang ini?.
Setelah saya melaksanakan ujian nasional
saya langsung ikut kerja bapak menjadi kuli bangunan, karena sambil menunggu
kelulusan dan menunggu ijazah. Daripada saya hanya menganggur tidak
menghasilkan uang, maka saya bekerja agar saya dapat membayar SPP dan buku agar
ijazah nantinya dapat diambil. Hampir 2 bulan saya bekerja menjadi kuli
bangunan, sambil menunggu pengumuman lulusan. Setelah mendekati kelulusan
singkat cerita saya menemui guru BK saya waktu SMA, beliau bernama ibu Susi,
saya masih ingat betul saya ke rumah beliau malam hari pukul 19.15. saya
kerumah beliau beritikad untuk bertanya-tanya mengenai pekerjaan, syukur-syukur
dalam hati kecil saya, beliau dapat mencarikan pekerjaan bagi saya, karena
waktu itu saya bekerja menjadi kuli bangunan, berharap agar dapat informasi
pekerjaan yang lebih baik dari yang saya alami pada saat itu.
Namun saat berbicara mengenai informasi
pekerjaan, bu Susi menyarankan saya agar untuk ikut tes SBMPTN dengan jalur
bidikmisi, saya tidak tahu bidikmisi itu apa, apakah itu benar-benar kuliah
gratis? Karena jujur saja saya tidak tahu mengenai beasiswa-beasiswa untuk
kuliah, karena waktu SMA saya berfikir mana ada jaman seperti sekarang ada yang
gratis?. Dan setelah bu Susi bercerita tentang beasiswa bidikmisi atau kuliah
gratis yang dibiayai oleh pemerintah dari pendaftaran sampai lulus bahkan dapat
uang saku perbulannya. Waktu itu pendaftaran SBMPTN tersebut kurang 3 hari
lagi. Saya berfikir apa saya bisa dengan waktu 3 hari saya bisa mengumpulkan
banyak berkas untuk memenuhi persyaratan-persyaratannya, karena jika mendaftar
bidikmisi maka banyak dokumen-dokumen yang perlu disiapkan. Hampir 10 menitan
saya berfikir hal tersebut, apalagi dengan segala keterbatasan saya dalam
mengurus pendaftaran tes SBMPTN tersebut. Namun saya memiliki prinsip bahwa
saya harus mencoba jika saya ingin berhasil dan sukses.
Kemudian waktu itu juga saya nyatakan
ke bu Susi bahwa saya siap mendaftar SBMPTN jalur bidikmisi. Setelah pulang
dari rumah bu Susi besoknya langsung fokus kerja dan pulang kerja mengurus
segala administrasi pendaftaran SBMPTN, bahkan sampai malam untuk
menyiapkannya. Saya kerja kuli bangunaan selama kira-kira seminggu uangnya saya
fokuskan untuk mengurus segala sesuatu untuk keperluan pendaftaran SBMPTN. Alhamdulillah
dengan melihat semangat saya bu Susi juga membantu untuk mendaftarkan dan
mengurus administrasi saya, karena kalau saya yang mengurus semua pendaftaran
sendiri pasti memerlukan waktu yang lama, sedangkan saya selain megurus
administrasi juga harus bekerja agar mendapatkan uang saku untuk berangkat tes
SBMPTN di Semarang, karena waktu itu orang tua tidak mempunyai ongkos untuk
saya kesana dan saya tidak mungkin untuk
memaksakan orang tua saya dengan kondisi beliau yang terkendala dalam hal
ekonomi. Seminggu kemudian waktunya saya tes di Semarang dan alhamdulillah
sudah memiliki uang 300.000 untuk biaya pulang pergi ke Semarang untuk
mengikuti tes SBMPTN.
Setelah tes saya tetap bekerja, karena
saya berfikir siapa tau kuliah belum rejeki saya, sehingga saya tetap bekerja.
Waktu itu puasa kurang 3 hari sedangkan saya masih bekerja menjadi kuli
bangunan, dan saya berfikir apakah saya bisa puasa 1 bulan kalau saya masih
bekerja menjadi kuli bangunan? Sehingga saya memutuskan untuk melamar pekerjaan
di pabrik roti yang besar di daerah kota saya, walaupun dengan gaji yang
sedikit dibandingkan dengan kerja menjadi kuli bangunan, tapi saya lebih
berfikir keberkahannya. Keesokan harinya saya dipanggil untuk mengikuti tes
wawancara dan alhamdulillah saya diterima
menjadi karyawan di pabrik roti tersebut.
Saya bekerja di pabrik roti selama
bulan puasa sambil menunggu pengumum SBMPTN, alhamdulillah saat pengumuman
ternyata saya di nyatakan lulus SBMPTN pada prodi PGSD UNNES dengan jalur
Bidikmisi, di situ saya tidak menyangka, dengan persiapan yang kurang maksimal
tapi saya bisa lulus, mungkin bukan karena saya pintar tetapi karena semua saya
lakukan dengan hasil keringat sendiri dengan uang sendiri, di situ saya
berfikir ternyata Allah memberikan sesuatu di nilai dari usaha kita, niat kita,
dan seberapa besar kita berusaha untuk mendapatkannya. Perjuangan saya tidak
sampai situ saja karena masih harus ke Semarang untuk tes kesehatan dan
verfikasi selama 2 hari, di Semarang selama 2 hari juga itu memerlukan uang,
untuk transport, makan, menginap, dan beli buku seharaga 230.000 rupiah,
sedangkan waktu itu orang tua saya benar-benar tidak punya uang. Dan jalan satu
satunya adalah menungu gajian di pabrik roti, di pabrik roti saya sampai
nglembur kerja dari jam 10 malam sampai 10 pagi
agar saya mendapatkan uang untuk pergi ke UNNES dan melaksanakan
verifikasi. Padahal saat itu akan idul fitri, yang lain bisa membeli celana
baru, baju baru, sandal baru, sedangkan saya sudah bekerja dan sudah gajian
tapi saya tidak membeli itu semua, karena uang gajian sudah saya fokuskan di
simpan untuk pergi ke Semarang.
Alhamdulillah dengan uang gajian
sebesar Rp 600.000,00 saya bisa ke Semarang dengan di antar teman saya, selama
2 hari di Semarang, untuk makan transport, menginap, dan untuk membeli buku.
Hari terakhir saya mendapatkan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) UNNES, dan alhamdulillah
orang tua tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, dari keperluan pendaftaran, tes
SBMPTN di Semarang, tes kesehatan dan verifikasi serta membeli buku. Semua uang
saya dapatkan dari keringat saya sendiri, dari kerja pagi pulang pagi, kerja
kepanasan dan kehujanan saat menjadi kuli bangunan, hingga saat kerja di pabrik
roti tiap malam saya muntah-muntah, namun semua itu ada hikmah dan hasilnya
yang sangat memuaskan.
Di situlah saya sangat bersyukur kepada
Allah SWT dengan segala semua yang di berikan untuk saya, kemudahan dalam
menjalankan apapun, dan di situlah saya yakin jika kita mendekati Allah, Allah
akan lebih mendekati kita, dan saya yakin ketika kita hidup dekat dengan Allah maka kehidupan
ini serasa nikmat dan penuh dengan kemudahan. Dan percayalah bahwa didunia ini
tidak ada yang namanya tidak mungkin, karena semua yang ada didunia ini milik
Allah, selagi kita mau meminta dan berusaha keras diiringi do’a, maka
insyaallah semuanya akan terwujud.
Selain, berusaha, bekerja keras,
berdo’a kita juga harus mempunyai prinsip hidup untuk semangat kita dalam
melakukan segala hal dalam hidup yaitu Mencoba dalam KEBAIKAN. karena banyak
orang tidak berani mencoba segala sesuatu dalam kehidupanya. takut ini lah
takut itu lah. Namun perlu diketahui tanpa kita mencoba terlebih dahulu kita tidak
akan tahu kita akan bisa atau tidak, kita akan berhasil atau tidak, kita akan
sukses atau tidak. Oleh karena itu. .MENCOBALAH! Cukup sekian kisah hidup saya,
kisah ini terjadi 3 tahun yang lalu, semoga bisa menginspirasi semuanya,
terutama bagi anak-anak yang belum mampu dalam hal ekonomi, namun mempunyai
semangat untuk kuliah dan meraih cita-cita. Saya Abdul Aziz, kelahiran Batang,
18 Juli 1997. Saya bertempat tinggal di Batang, tepatnya desa Dringo, kecamatan
Wonotunggal, kabupaten Batang. Sekarang alhamdulillah masih aktif kuliah di
Universitas Negeri Semarang, semester 7. Terimakasih.
Look at the way my friend Wesley Virgin's story starts in this SHOCKING and controversial VIDEO.
BalasHapusAs a matter of fact, Wesley was in the military-and shortly after leaving-he discovered hidden, "self mind control" secrets that the government and others used to obtain whatever they want.
THESE are the exact same tactics lots of famous people (especially those who "come out of nothing") and the greatest business people used to become rich and successful.
You probably know how you use less than 10% of your brain.
Mostly, that's because most of your brainpower is UNCONSCIOUS.
Perhaps this expression has even occurred IN YOUR very own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head around 7 years ago, while driving an unregistered, trash bucket of a vehicle without a license and $3 on his bank card.
"I'm so fed up with living check to check! When will I get my big break?"
You took part in those types of thoughts, ain't it so?
Your own success story is waiting to start. All you need is to believe in YOURSELF.
Take Action Now!