Jumat, 21 Desember 2018

Cerita Motivasi Kisah Pribadi


Perjuangan Seorang “Kuli Bangunan untuk Kuliah”
Berdasarkan kisah nyata pribadi
Oleh : Abdul Aziz

Saya tidak pernah menyangka saya bisa berkuliah di Universitas Negeri yang besar, bertemu dengan orang banyak yang sangat hebat dan penuh inspirasi. Dengan keadaan ekonomi orang tua saya yang untuk makan saja susah apalagi untuk kuliah, tapi alhamdulillah saat ini saya bisa berdiri di universitas besar dan saya bisa kuliah di dalamnya. Awal mula saat duduk di bangku SMA saya hanya berfikir setelah lulus SMA saya akan kerja dan kerja, karena dengan melihat kondisi orangtua yang mengharuskan saya bekerja untuk dapat membantu mereka dari segi ekonomi. Hal itu saya realisasikan dengan saya bekerja menjadi kuli bangunan, karena waktu itu saya belum membayar untuk syarat pengambilan ijazah, waktu itu saya tidak hanya bekerja menjadi kuli bangunan saja, saya juga malamnya bekerja di rumah makan lamongan sebagai pencuci piring di sana, jadi waktu itu saya bekerja pergi pagi pulang pagi hanya untuk membayar syarat pengambilan ijazah dan untuk membantu membayar hutang kedua orang tua saya.
Di hati kecil saya, saya ingin sekali kuliah sejak di bangku SMA, namun itu hanya keinginan yang menurut saya hal yang mustahil bagi saya pada waktu itu. Kenapa mustahil? Bagaimana tidak mustahil, secara ekonomi saya rasa tidak mungkin bisa untuk membiayai saya kuliah, bapak saya hanya seorang kuli bangunan, ibu saya seorang ibu rumah tangga, untuk biaya sekolah di SMA saja saya harus ikut bekerja menjadi kuli bangunan agar dapat mengambil raport. Tidak hanya dari segi ekonomi, dari segi pemikiran saya pun sepertinya tidak layak untuk kuliah. Saya hampir tidak pernah dapat ranking 10 besar di SMA, bahkan saya lebih banyak mendapatkan ranking 20-an saat di SMA, oleh karena itu apakah saya bisa kuliah dengan keadaan saya seperti sekarang ini?.
Setelah saya melaksanakan ujian nasional saya langsung ikut kerja bapak menjadi kuli bangunan, karena sambil menunggu kelulusan dan menunggu ijazah. Daripada saya hanya menganggur tidak menghasilkan uang, maka saya bekerja agar saya dapat membayar SPP dan buku agar ijazah nantinya dapat diambil. Hampir 2 bulan saya bekerja menjadi kuli bangunan, sambil menunggu pengumuman lulusan. Setelah mendekati kelulusan singkat cerita saya menemui guru BK saya waktu SMA, beliau bernama ibu Susi, saya masih ingat betul saya ke rumah beliau malam hari pukul 19.15. saya kerumah beliau beritikad untuk bertanya-tanya mengenai pekerjaan, syukur-syukur dalam hati kecil saya, beliau dapat mencarikan pekerjaan bagi saya, karena waktu itu saya bekerja menjadi kuli bangunan, berharap agar dapat informasi pekerjaan yang lebih baik dari yang saya alami pada saat itu.
Namun saat berbicara mengenai informasi pekerjaan, bu Susi menyarankan saya agar untuk ikut tes SBMPTN dengan jalur bidikmisi, saya tidak tahu bidikmisi itu apa, apakah itu benar-benar kuliah gratis? Karena jujur saja saya tidak tahu mengenai beasiswa-beasiswa untuk kuliah, karena waktu SMA saya berfikir mana ada jaman seperti sekarang ada yang gratis?. Dan setelah bu Susi bercerita tentang beasiswa bidikmisi atau kuliah gratis yang dibiayai oleh pemerintah dari pendaftaran sampai lulus bahkan dapat uang saku perbulannya. Waktu itu pendaftaran SBMPTN tersebut kurang 3 hari lagi. Saya berfikir apa saya bisa dengan waktu 3 hari saya bisa mengumpulkan banyak berkas untuk memenuhi persyaratan-persyaratannya, karena jika mendaftar bidikmisi maka banyak dokumen-dokumen yang perlu disiapkan. Hampir 10 menitan saya berfikir hal tersebut, apalagi dengan segala keterbatasan saya dalam mengurus pendaftaran tes SBMPTN tersebut. Namun saya memiliki prinsip bahwa saya harus mencoba jika saya ingin berhasil dan sukses.
Kemudian waktu itu juga saya nyatakan ke bu Susi bahwa saya siap mendaftar SBMPTN jalur bidikmisi. Setelah pulang dari rumah bu Susi besoknya langsung fokus kerja dan pulang kerja mengurus segala administrasi pendaftaran SBMPTN, bahkan sampai malam untuk menyiapkannya. Saya kerja kuli bangunaan selama kira-kira seminggu uangnya saya fokuskan untuk mengurus segala sesuatu untuk keperluan pendaftaran SBMPTN. Alhamdulillah dengan melihat semangat saya bu Susi juga membantu untuk mendaftarkan dan mengurus administrasi saya, karena kalau saya yang mengurus semua pendaftaran sendiri pasti memerlukan waktu yang lama, sedangkan saya selain megurus administrasi juga harus bekerja agar mendapatkan uang saku untuk berangkat tes SBMPTN di Semarang, karena waktu itu orang tua tidak mempunyai ongkos untuk saya  kesana dan saya tidak mungkin untuk memaksakan orang tua saya dengan kondisi beliau yang terkendala dalam hal ekonomi. Seminggu kemudian waktunya saya tes di Semarang dan alhamdulillah sudah memiliki uang 300.000 untuk biaya pulang pergi ke Semarang untuk mengikuti tes SBMPTN.
Setelah tes saya tetap bekerja, karena saya berfikir siapa tau kuliah belum rejeki saya, sehingga saya tetap bekerja. Waktu itu puasa kurang 3 hari sedangkan saya masih bekerja menjadi kuli bangunan, dan saya berfikir apakah saya bisa puasa 1 bulan kalau saya masih bekerja menjadi kuli bangunan? Sehingga saya memutuskan untuk melamar pekerjaan di pabrik roti yang besar di daerah kota saya, walaupun dengan gaji yang sedikit dibandingkan dengan kerja menjadi kuli bangunan, tapi saya lebih berfikir keberkahannya. Keesokan harinya saya dipanggil untuk mengikuti tes wawancara dan alhamdulillah saya  diterima menjadi karyawan di pabrik roti tersebut.
Saya bekerja di pabrik roti selama bulan puasa sambil menunggu pengumum SBMPTN, alhamdulillah saat pengumuman ternyata saya di nyatakan lulus SBMPTN pada prodi PGSD UNNES dengan jalur Bidikmisi, di situ saya tidak menyangka, dengan persiapan yang kurang maksimal tapi saya bisa lulus, mungkin bukan karena saya pintar tetapi karena semua saya lakukan dengan hasil keringat sendiri dengan uang sendiri, di situ saya berfikir ternyata Allah memberikan sesuatu di nilai dari usaha kita, niat kita, dan seberapa besar kita berusaha untuk mendapatkannya. Perjuangan saya tidak sampai situ saja karena masih harus ke Semarang untuk tes kesehatan dan verfikasi selama 2 hari, di Semarang selama 2 hari juga itu memerlukan uang, untuk transport, makan, menginap, dan beli buku seharaga 230.000 rupiah, sedangkan waktu itu orang tua saya benar-benar tidak punya uang. Dan jalan satu satunya adalah menungu gajian di pabrik roti, di pabrik roti saya sampai nglembur kerja dari jam 10 malam sampai 10 pagi  agar saya mendapatkan uang untuk pergi ke UNNES dan melaksanakan verifikasi. Padahal saat itu akan idul fitri, yang lain bisa membeli celana baru, baju baru, sandal baru, sedangkan saya sudah bekerja dan sudah gajian tapi saya tidak membeli itu semua, karena uang gajian sudah saya fokuskan di simpan untuk pergi ke Semarang.
Alhamdulillah dengan uang gajian sebesar Rp 600.000,00 saya bisa ke Semarang dengan di antar teman saya, selama 2 hari di Semarang, untuk makan transport, menginap, dan untuk membeli buku. Hari terakhir saya mendapatkan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) UNNES, dan alhamdulillah orang tua tanpa mengeluarkan uang sepeserpun, dari keperluan pendaftaran, tes SBMPTN di Semarang, tes kesehatan dan verifikasi serta membeli buku. Semua uang saya dapatkan dari keringat saya sendiri, dari kerja pagi pulang pagi, kerja kepanasan dan kehujanan saat menjadi kuli bangunan, hingga saat kerja di pabrik roti tiap malam saya muntah-muntah, namun semua itu ada hikmah dan hasilnya yang sangat memuaskan.
Di situlah saya sangat bersyukur kepada Allah SWT dengan segala semua yang di berikan untuk saya, kemudahan dalam menjalankan apapun, dan di situlah saya yakin jika kita mendekati Allah, Allah akan lebih mendekati kita, dan saya yakin ketika  kita hidup dekat dengan Allah maka kehidupan ini serasa nikmat dan penuh dengan kemudahan. Dan percayalah bahwa didunia ini tidak ada yang namanya tidak mungkin, karena semua yang ada didunia ini milik Allah, selagi kita mau meminta dan berusaha keras diiringi do’a, maka insyaallah semuanya akan terwujud.
Selain, berusaha, bekerja keras, berdo’a kita juga harus mempunyai prinsip hidup untuk semangat kita dalam melakukan segala hal dalam hidup yaitu Mencoba dalam KEBAIKAN. karena banyak orang tidak berani mencoba segala sesuatu dalam kehidupanya. takut ini lah takut itu lah. Namun perlu diketahui tanpa kita mencoba terlebih dahulu kita tidak akan tahu kita akan bisa atau tidak, kita akan berhasil atau tidak, kita akan sukses atau tidak. Oleh karena itu. .MENCOBALAH! Cukup sekian kisah hidup saya, kisah ini terjadi 3 tahun yang lalu, semoga bisa menginspirasi semuanya, terutama bagi anak-anak yang belum mampu dalam hal ekonomi, namun mempunyai semangat untuk kuliah dan meraih cita-cita. Saya Abdul Aziz, kelahiran Batang, 18 Juli 1997. Saya bertempat tinggal di Batang, tepatnya desa Dringo, kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang. Sekarang alhamdulillah masih aktif kuliah di Universitas Negeri Semarang, semester 7. Terimakasih.

   

1 komentar:

  1. Look at the way my friend Wesley Virgin's story starts in this SHOCKING and controversial VIDEO.

    As a matter of fact, Wesley was in the military-and shortly after leaving-he discovered hidden, "self mind control" secrets that the government and others used to obtain whatever they want.

    THESE are the exact same tactics lots of famous people (especially those who "come out of nothing") and the greatest business people used to become rich and successful.

    You probably know how you use less than 10% of your brain.

    Mostly, that's because most of your brainpower is UNCONSCIOUS.

    Perhaps this expression has even occurred IN YOUR very own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head around 7 years ago, while driving an unregistered, trash bucket of a vehicle without a license and $3 on his bank card.

    "I'm so fed up with living check to check! When will I get my big break?"

    You took part in those types of thoughts, ain't it so?

    Your own success story is waiting to start. All you need is to believe in YOURSELF.

    Take Action Now!

    BalasHapus

Cerita Motivasi Kisah Pribadi

Perjuangan Seorang “Kuli Bangunan untuk Kuliah” Berdasarkan kisah nyata pribadi Oleh : Abdul Aziz Saya tidak pernah menyangka sa...